Biodegradasi Hidrokarbon
Secara umum biodegradasi atau penguraian bahan (senyawa) organik oleh
mikroorganisme dapat terjadi bila terjadi transformasi struktur sehingga
terjadi perubahan integritas malekuler. Proses ini berupa rangkaian reaksi
kimia enzimatik atau biokimia yang mutlak memerlukan kondisi lingkungan yang
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme (Shechan dalam
Nugroho, 2006).
Senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi merupakan sumber karbon bagi
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga senyawa tersebut dapat didegradasi dengan
baik (Nugroho, 2006).
Biodegradasi hidrokarbon oleh komunitas mikroba tergantung pada komposisi
komunitas dan respon adaptif terhadap kehadiran hidrokarbon (Leahy and Colwell,
1990). Laju biodegradasi senyawa hidrokarbon kompleks dengan berat molekul
besar seperti senyawa aromatik, resin, dan asfalten lebih lambat dibandingkan
dengan senyawa dengan berat molekul rendah. Meski demikian beberapa studi
menunjukkan bahwa degradasi pada kondisi optimum terhadap senyawa kompleks
memiliki laju yang tinggi (Leahy and Colwell, 1990). Demikian juga dengan fenol
dan klorofenol (Nicholson et al., 1992).
Salah satu bahan pencemar yang sering menimbulkan masalah adalah
hidrokarbon aromatis. Hidrokarbon yang sering dijumpai, terutama di perairan,
adalah fenol dan derivatnya dari karbonisasi batubara, bahan kimia sintetik,
dan industri minyak (Semple and Cain, 1996). Senyawa fenolik ini merupakan
polutan berbahaya (Dong et al. 1992). Fenol alami dapat dijumpai di berbagai
tanaman. Tanin merupakan suatu kelompok senyawa polifenolik yang biasanya
merupakan komponen tumbuhan, dan terdiri dari 2 kelas utama, yaitu yang
terkondensasi dan hidrolisat. Disamping itu tumbuhan menghasilkan lignin
yang merupakan kelompok polifenol sekerabat dengan tanin yang sangat
sulit didegradasi oleh bakteri (Gamble et al., 1996).
Permasalahan :
Pada artikel diatas disebutkan bahwa proses biodegradasi memerlukan
kondisi lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme. Yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana dengan kondisi
lingkungan yang banyak mengandung logam berat? Lalu, bagaimana pengaruhnya
terhadap proses biodegradasi???
Senyawa toksik berupa logam berat juga mengganggu mikroba pendegradasi. Kontaminasi logam berat secara alami (erosi, kebakaran,pencucian, aktifitas gunung api, dan transformasi mikroba) dan oleh kegiatan manusia (limbah industri, pembuangan sampah, dan pembakaran bahan bakar fosil) menyebabkan akumulasi logam dalam relung lingkungan yang anaerobik (Kuo and Genthner, 1996). Adanya logam berat dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba, yang semula di daerah tersebut mengandung banyak mikroba, tetapi karena adanya logam berat maka jumlah mikroba semakin berkurang dan proses biodegradasinya membutuhkan waktu yang lebih lama.
BalasHapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan anda,
BalasHapusSupaya proses degradasi dapat berlangsung optimal, diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangangbiakan mikroorganisme. Tidak terciptanya kondisi yang optimum akan mengakibatkan aktivitas degradasi biokimia mikroorganisme tidak dapat berlangsung dengan baik, sehingga senyawa-senyawa beracun menjadi persisten di lingkungan,
dengan kondisi lingkungan yang mengandung logam berat sukar terdegradasi atau lambat sekali terdegradasi, karena logam berat merupakan bahan lingkungan yang dapat menimbulkan masalah lingkungan seperti Timbal (Pb) dan Merkuri
menurut literatur yang saya baca bahwa Pencemaran minyak bumi dapat
BalasHapusterjadi akibat penanganan yang tidak terkontrol, sehingga akan menjadi limbah yang berbahaya. Pencemaran minyak bumi ini sering diikuti dengan pencemaran logam berat. Pencemaran logam berat masuk ke atmosfer, tanah dan perairan melebihi kemampuan alamiah untuk memprosesnya. Bioremediasi merupakan salah satu proses pengolahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dengan menggunakan mikroorganisme. Pseudomonas pseudomallei (PP) dan Enterobacter agglomerans (EA) merupakan mikroorganisme yang mampu mendegradasi hidrokarbon minyak diesel, namun belum diketahui kemampuannya terhadap kehadiran logam berat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh konsentrasi logam berat
terhadap pertumbuhan kedua isolat tersebut pada media dengan sumber karbon minyak diesel.
Logam berat yang ditambahkan meliputi logam seng (Zn), timbal (Pb),
besi (Fe) dan merkuri (Hg). Konsentrasi logam ditambahkan secara bertahap
hingga isolat tidak mampu tumbuh lagi.